Berbagai Mandi yang Disunnahkan
Ada mandi yang diwajibkan dan ada mandi yang disunnahkan. Sekarang kita akan lihat rincian mandi yang disunnahkan.
Al-Qadhi Abu Syuja’ rahimahullah dalam Matan Taqrib menyebutkan,
Mandi yang disunnahkan ada tujuh belas, yaitu:
- Mandi ketika akan mengerjakan shalat Jumat.
- Mandi ketika akan mengerjakan shalat Idulfitri.
- Mandi ketika akan mengerjakan shalat Iduladha.
- Mandi ketika akan mengerjakan shalat istisqa’ (meminta hujan).
- Mandi ketika akan mengerjakan shalat khusuf (gerhana bulan) dan shalat kusuf (gerhana matahari).
- Mandi setelah memandikan jenazah.
- Mandi bagi orang kafir setelah masuk Islam.
- Mandi bagi orang yang sembuh dari gila.
- Mandi bagi orang yang sadar dari pingsan.
- Mandi ketika akan mengerjakan ihram.
- Mandi ketika akan memasuki Makkah.
- Mandi ketika akan wukuf di Arafah.
- Mandi ketika akan mabit (bermalam di Muzdalifah).
- Mandi ketika akan melempar tiga jumrah.
- Mandi ketika akan mengerjakan thawaf.
- Mandi ketika akan mengerjakan sai.
- Mandi ketika akan memasuki kota Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
- Mandi Jumat
- Mandi karena memandikan jenazah
- Mandi yang dilihat dari hadits yang banyak membicarakannya
- Mandi yang diperselisihkan wajibnya
- Mandi yang haditsnya sahih
- Mandi yang punya pengaruh pada yang lainnya
- Mandi Jumat adalah mandi yang sangat dianjurkan dari mandi-mandi sunnah lainnya.
- Mandi Jumat ini juga sangat dianjurkan (sunnah muakkad) karena ada perselisihan para ulama mengenai wajibnya, walau dalam madzhab Syafii, hukum mandi Jumat adalah sunnah (bukan wajib).
- Mandi Jumat menjadi wajib jika diniatkan untuk nadzar.
- Meninggalkan mandi Jumat itu dihukumi makruh jika ditinggalkan tanpa uzur. Demikian pendapat al-ashah (pendapat yang lebih kuat walau ada perselisihan pendapat yang kuat di dalamnya).
- Manakah yang dipilih, mandi Jumat ataukah lebih awal datang ke masjid (at-tabkiir) walau tidak mandi Jumat? Mandi Jumat tetap lebih baik diperhatikan. Alasannya, mandi Jumat ini masih ada pendapat ulama yang menghukumi wajib. Inilah yang disebut dengan muro’atul khilaf, memperhatikan masih adanya perbedaan pendapat ulama.
- Jika ada yang berhadats setelah mandi Jumat, maka ia cukup berwudhu tanpa mengulangi mandi Jumat. Begitu pula jika ada yang junub setelah mandi Jumat, maka ia cukup mandi junub tanpa mengulangi mandi Jumat lagi.
- Mandi Jumat bertujuan untuk (1) nazhafah (bersih-bersih diri) dan (2) ibadah. Jika tidak ada air sehingga tidak bisa untuk nazhafah, maka tujuan ibadah tetap dikerjakan yaitu dengan cara tayamum sebagai ganti dari mandi.
- Siapa saja yang menghadiri shalat Jumat, walaupun ia tidak berkewajiban melaksanakan shalat Jumat, bahkan walau ia diharamkan menghadiri shalat Jumat, maka disunnahkan untuk mandi Jumat. Yang diharamkan menghadiri shalat Jumat, misalnya adalah wanita yang menghadiri shalat Jumat tanpa izin suaminya.
- Waktu mandi Jumat adalah mulai dari terbit fajar shadiq (fajar Shubuh). Waktu mandi Jumat berakhir dengan salamnya imam pada shalat Jumat, menurut pendapat muktamad (pendapat resmi madzhab), walau ada yang menyatakan mandi Jumat berakhir ketika masuk dalam shalat Jumat. Waktu mandi Jumat yang afdal (paling utama) adalah ketika mau berangkat shalat Jumat. Karena maksud dari mandi Jumat adalah menghilangkan bau yang tidak enak ketika berkumpul dalam shalat Jumat.
- Wanita yang melaksanakan shalat Zhuhur di rumahnya pada hari Jumat, apakah dianjurkan mandi Jumat? Jawaban: Mandi Jumat disunnahkan untuk yang menghadiri shalat Jumat saja.
- Mandi hari raya ini berlaku bagi yang menghadiri shalat Id ataukah tidak.
- Mandi hari raya ini berlaku bagi yang merdeka atau budak, yang baligh atau masih anak-anak. Mandi hari raya bertujuan untuk berpenampilan bagus pada hari raya.
- Waktu awal mandi hari raya dari pertengahan malam. Waktu akhirnya adalah dengan tenggelamnya matahari. Karena mandi ini disandarkan pada hari Id di mana hari Id dikatakan berakhir dengan tenggelamnya matahari.
- Waktu mandi dimulai ketika akan shalat bagi orang yang shalat sendirian (munfarid) dan ketika manusia akan berkumpul bagi orang yang shalat berjamaah. Waktu mandi selesai ketika berakhirnya shalat.
- Waktu mandi dimulai ketika terjadi perubahan (tagh-yir), dan berakhir ketika terjadi injila’ taam (gerhana hilang sempurna).
- Mandi ini berlaku ketika memandikan jenazah muslim atau kafir.
- Waktu mandi dimulai setelah memandikan jenazah, sedangkan berakhir ketika berpaling darinya (i’rodh ‘anhu, enggan untuk mandi).
- Begitu juga yang mentayamumkan jenazah disunnahkan pula untuk mandi.
- Alasan sunnahnya: karena menyentuh jasad jenazah yang lepas dari ruh, tentu menjadi lemas, dan air itu menguatkannya.
- Di sini boleh yang memandikan jenazah dalam keadaan suci atau haidh, berlaku hukum mandi setelah memandikan jenazah tersebut. Dalam hadits disebutkan, “Siapa yang memandikan jenazah, hendaklah ia mandi. Siapa yang memikul jenazah, hendaklah ia berwudhu.” (HR. Ibnu Hibban, no. 1161; Al-Baihaqi dalam Al-Kubra, 1:302; dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)
- Bagi yang menyentuh jenazah disunnahkan untuk berwudhu.
- Waktu mandi dimulai ketika mulai masuk Islam. Waktu mandi berakhir ketika sudah berlalu waktu yang lama atau berpaling darinya (i’rodh ‘anhu, enggan untuk mandi).
- Yang diperintahkan mandi di sini adalah mandi karena masuk Islam dan sebelumnya kafir termasuk juga orang murtad yang masuk Islam kembali, begitu pula yang masuk Islam sendirian atau ikut yang lain.
- Ketika masuk Islam disunnahkan pula menghilangkan rambut sebelum mandi. Itu selama pada masa kafir tidak berhadats akbar. Jika berhadats akbar di masa kafir, maka mencukur rambut dilakukan setelah mandi. Yang tidak perlu dicukur adalah jenggot (lihyah) dan alis (haajib).
- Ada tiga keadaan disunnahkan mencukur habis rambut kepala: (1) orang kafir ketika masuk Islam, (2) bayi yang baru lahir, (3) ketika manasih umrah atau haji. (Hasyiyah Al-Bajuri ‘ala Syarh Al-‘Allamah Ibnu Qasim Al-Ghazzi ‘ala Matn Abi Syuja’, 1:355)
- Mandi ketika masuk Islam itu dihukumi sunnah jika selama masa kafir tidak pernah junub atau haidh. Jika pernah mengalaminya, maka diperintahkan mandi wajib ketika masuk Islam. Menurut pendapat ashah.
- Mandi ini dinyatakan sunnah jika memang selama keadaan tidak sadar tidak mengalami junub. Jika mengalami junub, maka diperintahkan untuk mandi wajib.
- Mandi ini dilakukan mulai ketika sudah dalam keadaan sadar.
- Mandi ini dimulai ketika ingin berihram baik ketika akan haji, umrah, atau haji dan umrah, atau ihram secara mutlak.
- Mandi ini berlaku untuk baligh, yang belum baligh, majnuun (hilang kesadaran), yang dalam keadaan sadar (berakal), yang dalam keadaan suci, yang sedang haidh. Jika yang berihram tidak mendapati air, maka boleh tayamum untuk menggantikan mandi ihram.
- Ini berlaku pada yang berihram haji atau umrah, dilakukan ketika akan masuk Makkah, disunnahkan ketika masuk tempat yang namanya Dzi Thuwa.
- Mandi ketika akan memasuki Makkah juga berlaku bagi yang tidak berihram.
- Waktu mandi dimulai dari Shubuh hari Arafah seperti mandi Jumat. Yang paling afdal untuk mandi adalah mendekati waktu zawal (tergelincirnya matahari, yaitu mendekati Zhuhur).
- Waktu wukuf adalah mulai dari zawal pada hari Arafah (9 Dzulhijjah) hingga waktu fajar pada 10 Dzulhijjah.
- Namun, yang tepat adalah tidak disunnahkan karena waktunya dekat dengan mandi di Arafah.
- Mabit di Muzdalifah didapati dengan mendapati separuh malam kedua walaupun sebentar.
- Dilakukan ketika melempar jumrah kubra (jumrah ula), wustha, dan ‘aqabah.
- Dilakukan pada tiga hari tasyrik, yaitu 11, 12, 13 Dzulhijjah (hari tasyrik).
- Waktunya dimulai dari waktu fajar, tetapi yang afdal adalah bakda zawal.
- Melempar jumrah ‘aqabah di tanggal 10 Dzulhijjah tidak diperintahkan untuk mandi karena dekatnya dengan waktu wukuf di Arafah.
- Mandi ketika akan mengerjakan sai.
- Mandi ketika akan memasuki kota Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
- Mandi setelah bekam.
No comment yet, add your voice below!