Skip to content
Tidak tersembunyi lagi bagi seorang muslim tentang pentingnya iman dan kedudukannya yang tinggi, serta nilainya yang demikian berharga di dunia maupun di akhirat. Bahkan seluruh kebaikan di dunia dan di akhirat tergantung pengaplikasian iman yang benar. Iman merupakan perkara yang selalu dicari. Meraihnya adalah keinginan yang besar dan tujuan terbaik. Dengannya seorang hamba mendapatkan kehidupan yang baik dan membebaskan diri dari segala macam marabahaya dan kejelekan. Dengannya pula dia akan mendapatkan pahala di akhirat dan kenikmatan yang abadi lagi berkesinambungan, yang tidak akan berpindah maupun hilang. Allah subhanahuwata’ala berfirman: “Barangsiapa mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (An-Nahl: 97) “Dan barangsiapa menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedankang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik.” (Al-Isra’: 19) “Dan barangsiapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan beriman, lagi sungguh-sungguh telah beramal shalih, maka mereka itulah orang-orang yang memperoleh tempat-tempat yang tinggi (mulia).” (Thaha: 75) “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal shalih, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal, Mereka kekal di dalamnya, mereka tidak ingin berpindah darinya.” (Al-Kahfi: 107-108) [Lihat Ushulul Iman fi Dhau’i Al-Kitab was Sunnah, 1/11] Dunia Akan Berakhir Apakah ada orang yang tidak percaya bahwa dunia ini akan berakhir? Memang manis dan hijaunya dunia telah membutakan mata hati lalu mengaburkan penglihatan lahiriah manusia. Orang mungkin akan sulit percaya jika kelak Allah subhanahuwata’ala akan melipat langit dan bumi ini dengan tangan kanan-Nya, lantas mengatakan “Aku adalah penguasa. Mana para penguasa di dunia?” Sesungguhnya imanlah yang menjadi intinya. “Hari Kiamat. Apakah hari kiamat itu? Tahukah kamu apa hari kiamat itu?Hari di mana manusia bagaikan kupu yang bertebaran, gunung-gunung bagaikan bulu-bulu yang dihamburkan.” (Al-Qari’ah: 1-5) “Apabila Allah goncangkan dunia ini dengan goncangan yang dahsyat dan bumi mengeluarkan apa yang dikandungnya. Manusia bertanya-tanya: Ada apa ini? Dunia bercerita pada hari itu bahwa Allah telah mewahyukan kepadanya.” (Al-Zalzalah: 1-5) “Apabila bumi digoncangkan dengan sedahsyat-dahsyatnya dan gunung-gunung dihancurluluhkan sehancur-hancurnya, maka jadilah dia debu yang beterbangan dan kamu menjadi tiga golongan.” (Al-Waqi’ah: 4-7) “Apabila matahari digulung, dan apabila bintang-bintang berjatuhan, dan apabila gunung-gunung dihancurkan, dan apabila unta-unta bunting ditinggalkan, dan apabila binatang-binatang liar dikumpulkan, dan apabila lautan dipanaskan, dan apabila ruh-ruh dipertemukan.” (At-Takwir: 1-7) “Apabila langit dibelah, dan apabila bintang-bintang jatuh berserakan, dan apabila lautan dijadikan meluap, dan apabila kuburan-kuburan dibongkar, maka tiap-tiap jiwa akan mengetahui apa yang telah dikerjakan dan yang dilalaikan.” (Al-Infithar: 1-5) “Dan apabila langit terbelah, dan patuh kepada Rabbnya, dan sudah semestinya langit itu patuh. Dan apabila bumi diratakan dan memuntahkan apa yang ada di dalamnya, dan menjadi kosong dan patuh kepada Rabbnya, dan sudah semestinya bumi itu patuh. Pada waktu itu manusia mengetahui akibat perbuatannya.” (Al-Insyiqaq: 1-5) “Wahai manusia, bertakwalah kepada Rabb kalian, sesungguhnya kegoncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar. Ingatlah ketika kamu melihat kegoncangan itu lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah kandungan segala wanita yang hamil dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk akan tetapi azab Allah subhanahuwata’ala itu sangat keras.” (Al-Hajj: 1-2) Itulah beberapa pemberitahuan Allah subhanahuwata’ala tentang hari penutup kehidupan dunia ini dan kengerian yang tidak akan bisa dicerna. Tsunami yang telah meluluhlantakkan Aceh merindingkan bulu kuduk karena ngeri dan dahsyatnya. Gempa bumi yang menggoncang Yogyakarta, dianggap telah menelan korban dan kerugian materi demikian besar. Pun musibah besar lainnya di seluruh dunia. Coba renungi berita Allah subhanahuwata’ala tentang hari kiamat! Lalu bandingkan dengan seluruh peristiwa besar di dunia ini, sebandingkah? Hari akhir dan keimanan kepadanya Dinamakan hari akhir karena tidak ada hari setelahnya, yaitu tatkala Allah subhanahuwata’ala membangkitkan manusia untuk sebuah kehidupan yang abadi, kemudian mereka mendapatkan ganjaran atas usaha dalam hidup mereka, apakah kenikmatan atau kecelakaan. Mengimani hari akhir sesungguhnya terkait dengan banyak hal yang harus diilmui yaitu beriman tentang tanda-tanda hari kiamat –permasalahan ini telah dibahas pada edisi-edisi sebelumnya–, mengimani adanya nikmat dan siksa kubur, mengimani hari kebangkitan, mengimani adanya al-haudh (telaga yang dimiliki oleh Rasulullah shallallahu’alaihiwasalam), mengimani timbangan amal, mengimani adanya syafaat, shirath (jembatan), pemberian lembaran catatan amal, dan mengimani keberadaan surga serta neraka. Semuanya ini merupakan rangkaian dalam beriman kepada hari akhir. Manusia pada hari akhir Sebagaimana terjadinya perbedaan yang tajam dalam kehidupan manusia di dunia ini, begitu juga di akhirat. Di dunia ada yang taat dan ada yang jahat, ada yang bertakwa dan tidak, ada yang mukmin dan kafir, ada yang shalih dan thalih, ada yang kaya disertai syukur dan ada yang tidak, ada yang miskin disertai sabar dan ada yang tidak. Semuanya ini sebagai gambaran akan terjadinya perbedaan yang besar kelak di akhirat. Di dunia Allah subhanahuwata’ala telah mengangkat kedudukan orang yang beriman dan orang yang taat kepada-Nya. Demikian pula kelak di akhirat, Allah subhanahuwata’ala akan membalasnya lebih dari apa yang telah diperbuatnya di dunia. Sebaliknya Allah subhanahuwata’ala telah menghinakan orang-orang yang bermaksiat, ingkar dan kufur di dunia. Begitu juga Allah subhanahuwata’ala akan membalasnya dengan yang setimpal kelak. Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya, dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) kehinaan. Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya. Dan orang-orang yang mengerjakan kejahatan (mendapat) balasan yang setimpal dan mereka ditutupi kehinaan. tidak ada bagi mereka seorang pelindung pun dari (azab) Allah, seakan-akan muka mereka ditutupi dengan kepingan-kepingan malam yang gelap gelita. Mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya. (Ingatlah) suatu hari (ketika itu), kami mengumpulkan mereka semuanya, kemudian kami berkata kepada orang-orang yang mempersekutukan (Allah): “Tetaplah kamu dan sekutu-sekutumu di tempatmu itu.” Lalu kami pisahkan mereka dan berkatalah sekutu-sekutu mereka: “Kamu sekali-kali tidak pernah menyembah kami.” (Yunus: 26-28) “Dan kami akan menghalau orang-orang yang durhaka ke neraka Jahannam dalam keadaan dahaga.” (Maryam: 86) “Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya, kemudian ia berpaling darinya? Sesungguhnya Kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang berdosa.” (As-Sajadah: 22) Allah subhanahuwata’ala tidak menyamakan mereka di dunia terlebih kelak di akhirat: “Maka apakah patut kami menjadikan orang-orang Islam itu sama dengan orang-orang yang berdosa (orang kafir)?” (Al-Qalam: 35) “Patutkah kami menganggap orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang shalih sama dengan orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi? Patutkah (pula) kami menganggap orang-orang yang bertakwa sama dengan orang-orang yang berbuat maksiat?” (Shad: 28) Buah beriman kepada hari akhir
  1. Cinta dan semangat dalam melaksanakan ketaatan, mengharapkan ganjaran pada hari itu.
Mencintai sebuah ketaatan merupakan sebuah anugerah dari Allah subhanahuwata’ala bagi siapa yang dikehendaki-Nya, begitu juga bersemangat tinggi terhadapnya. Orang yang cinta, dia tidak memiliki beban dalam melaksanakan ketaatan tersebut. Kita telah mengetahui bahwa bentuk ketaatan yang paling besar di dalam agama adalah mewujudkan ketauhidan kepada Allah l. Allah l berfirman: “Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkann agar mereka beribadah kepada-Ku.” (Adz-Dzariyat: 56) Jika seorang hamba mencintai bentuk ketaatan yang paling besar dan dia bersemangat untuk merealisasikannya di dalam hidup, niscaya dia akan menjadi orang yang paling mulia dan paling tinggi derajatnya di sisi Allah l dan otomatis paling tinggi derajatnya di dunia. Semua risiko dalam mewujudkan ketaatan akan dia hadapi dengan lapang dada dan penuh kesabaran. Dia mengetahui bahwa tidak ada seorang pun yang ingin melaksanakan ketaatan melainkan telah mendapatkan ujian dan cobaan dari sisi Allah l. Sejarah perjalanan hidup para nabi dan rasul menjadi contoh pertama sekaligus sebagai suri teladan yang baik dalam hidup. Duri-duri dan kerikil-kerikil tajam siap menusuk, gelombang dahsyat siap mengempaskan ke jurang yang tajam dan menganga. Apakah Anda termasuk orang yang berhasil dan selamat, atau tidak? Pertolongan Allah l sajalah yang harus Anda minta. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah t berkata: “Nabi n memerintahkan setiap orang yang beriman untuk bersemangat melaksanakan segala yang bermanfaat dan meminta bantuan kepada Allah l, dan ini sangat sesuai dengan firman Allah l: ‘Kepada-Mulah kami menyembah dan kepada-Mulah kami meminta‘. Juga seruan Nabi Hud q: ‘Sembahlah Dia dan bertawakkallah kepada-Nya.’ Maka semangat untuk meraih yang bermanfaat bagi seorang hamba adalah semangat dalam ketaatan kepada Allah l dan menyembah-Nya, karena yang paling bermanfaat baginya adalah ketaatan kepada Allah l. Tidak ada yang paling bermanfaat bagi seorang hamba kecuali itu. Segala sesuatu yang membantu dalam ketaatan kepada Allah l, merupakan suatu ketaatan pula, kendatipun perkara itu adalah mubah.” (Lihat Amradhul Qulub hal. 50) Beliau t juga berkata: “Sesungguhnya semua kebaikan itu ada dalam ketaatan kepada Allah l dan Rasul-Nya. Sedangkan semua kejahatan itu terletak dalam bermaksiat kepada Allah l dan Rasul-Nya.” (Iqamatu Ad-Dalil ‘ala Ibthalu At-Tahlil 3/54) Beliau juga berkata: “Tidaklah ketaatan kepada Allah l dan Rasul-Nya sebagai sebab musibah dan tidaklah taat kepada Allah l melainkan pelakunya akan mendapatkan dua kebaikan dunia dan akhirat.” (Al-Hasanah was Sayyiah hal. 36 ) Ibnu Qayyim t berkata: “Al-Hasan t berkata: ‘Sungguh telah beruntung orang yang mensucikan dirinya dan memperbaikinya serta memandunya menuju ketaatan kepada Allah l. Dan merugilah orang yang telah membinasakan dirinya dan memandunya menuju kemaksiatan kepada Allah l.” (Ighatsatu Al-Lahafan 1/51)
  1. Lari dari perbuatan maksiat dan tidak meridhainya karena takut akan azab pada hari itu.
Menyelamatkan diri dari perbuatan maksiat dan melindungi diri darinya merupakan sebuah anugerah yang besar dari Allah l, bagi siapa saja yang dikehendaki-Nya. Karena tidak ada satu pun bentuk kemasiatan melainkan sangat digandrungi oleh jiwa, bersamaan dengan itu amat sangat sejalan dengan keinginan Iblis dan bala tentaranya. Siapa yang tidak menyukai kemaksiatan akan menjadi ejekan dan olokan Iblis sekaligus menjadi sasaran bisikan jahatnya. Orang yang beriman kepada hari akhir akan berusaha untuk menyabarkan diri dari segala perbuatan maksiat yang disenangi oleh nafsu dan setan. Semuanya ini dia lakukan semata-mata mengharapkan balasan dan ganjaran pada hari kekekalan. Allah subhanahuwata’ala berfirman “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (Az-Zumar: 10)
  1. Hiburan bagi orang yang beriman.
Adanya hari akhir bagi orang yang beriman sesungguhnya merupkan penghibur. Mengapa? Karena Allah l telah mempersiapkan segala kesenangan yang tidak pernah didapatkan di dunia sebagai balasan dan ganjaran dari sisi-Nya. Surga sebagai tempat kenikmatan yang akan diberikan kepada orang-orang yang menutup kehidupan di atas ketaatan, dan melihat Allah l sebagai kenikmatan yang paling besar buat mereka. Kalau kita mau melihat dengan kacamata yang bersih, niscaya kita akan mengetahui bahwa tidaklah berarti kekurangan dan kesengsaraan hidup di dunia bila diganti dan dibandingkan dengan kesenangan yang dipersiapkan oleh Allah l di sisinya kelak. Ironisnya, hal ini seringnya luput dari benak. Di mana orang merasa hina jika dia menjadi pekerja rendahan, pencari kayu bakar, tukang becak, pemulung, dan sebagainya. Padahal jika dia bersabar, itu hanyalah sesaat untuk kemudian mendapatkan kenikmatan yang abadi dan tidak berakhir. Mungkin orang akan selalu bersedih terhadap segala ujian yang menimpanya. Bahkan karena besarnya ujian yang disertai tertutupnya jalan keluar, seringkali seseorang putus asa dengan mengakhiri hidupnya dengan cara yang sadis dan tidak masuk akal. Hal ini terjadi karena tidak adanya iman, atau lemahnya iman pada dirinya akan adanya hari akhir sebagai hari pembalasan. Mari kita merenungi untaian firman-firman Allah l dan sabda-sabda Rasulullah shallallahu’alaihiwasalam. Allah subhanahuwata’ala berfirman: Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (Al-Baqarah: 214) “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar.”(Ali ‘Imran: 142) Jihad dapat berarti:
  1. berperang untuk menegakkan Islam dan melindungi orang-orang Islam;
  2. memerangi hawa nafsu;
  3. mendermakan harta benda untuk kebaikan Islam dan umat Islam;
  4. memberantas yang batil dan menegakkan yang haq.
Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu : Aku mendengar Rasulullah shallallahu’alaihiwasalam bersabda: “Allah berfirman: ‘Tidak ada balasan bagi orang yang beriman di sisiku bila Aku mengambil kekasihnya di dunia lalu dia bersabar melainkan surga’.” (HR. Al-Bukhari no. 5944) Mana yang lebih berharga di dalam hidupmu, orang yang sangat kamu cintai atau surga? Orang yang beriman tentu akan mengatakan surga. Dari Anas bin Malik berkata: Aku telah mendengar Rasulullah shallallahu’alaihiwasalam bersabda: “Sesungguhnya Allah telah berfirman: ‘Apabila aku menguji hamba-Ku dengan Aku mengambil kedua penglihatannya dan dia bersabar, niscaya aku akan menggantikan keduanya dengan surga’.” (HR. Al-Bukhari no. 5221) Saudaraku, mana yang lebih berharga dalam hidupmu, surga atau kedua penglihatanmu? Tentunya orang beriman akan menjawab surga. Oleh karena itu, bersabarlah sesaat dalam menghadapi segala ujian hidup untuk mendapatkan gantinya kelak di akhirat. Wallahu a’lam bish-shawab. (ditulis oleh: Al-Ustadz Abu Usamah Abdurrahman) asysyariah.com

No comment yet, add your voice below!


Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Donasikan Harta Anda Untuk Membantu Mereka Yang Membutuhkan dan Jadilah Golongan Orang Yang Suka Beramal Soleh