Kisah Keislaman Ayah Abu Bakar Ash Siddiq
Dari Asma binti Abi Bakar Radhiallahu’anhu, beliau berkata, “Ketika Rasulullah Salallahu’alaihiwassallam telah berada di bukit Dzi Thuwa (dalam peristiwa Fathu Makkah), Abu Quhafah berkata kepada anak putrinya yang bungsu, ‘Wahai anakku, tolong aku diperlihatkan atau diterangkan tentang bukit Abu Qubais.’ Putrinya berkata, ‘Padahal saat itu mata beliau buta. Akupun naik keatas bukit untuk menjelaskan apa yang terjadi disana.’
Abu Quhafah bertanya, ‘Wahai putriku apa yang kamu lihat?’
Putrinya menjawab, ‘Aku melihat warna hitam bergerombol.’ Abu Quhafah menjelaskan, ‘Itu adalah pasukan berkuda.’ Putrinya menambahkan, ‘Aku juga melihat seorang lelaki berjalan maju mundur di tengah-tengah gerombolan hitam itu.’
Abu Quhafah menerangkan, ‘Itulah pemimpin pasukan berkuda itu, ia memberikan aba-aba pada pasukannya dan menyuruh maju!’
Putrinya, ‘Sekarang, Demi Allah warna hitam itu telah menyebar!’
Abu Quhafah berkata, ‘Kalau demikian, Demi Allah jika pasukan berkuda itu telah maju,segeralah kamu bawa aku pulang kerumah.’
Lalu gadis itu turun dari bukit kemudian mengandeng ayahnya. Ia berpapasan dengan pasukan berkuda sebelum tiba di rumahnya. Anak gadis itu mengenakan kalung perak di lehernya, ketika dia berpapasan dengan seorang lelaki ia merampas kalung tersebut dari lehernya.
Tatkala Rasulullah Salallahu’alaihiwassallam memasuki Makkah dan berada di dalam masjid, Abu Bakar dan ayahnya datan menemui Rasulullah Salallahu’alaihiwassallam. Begitu Rasulullah Salallahu’alaihiwassallam melihatnya, beliau berkata, ‘Mengapa ayahmu tidak engkau persilahkan tinggal di rumah saja agar aku yang mendatanginya?’ Abu Bakar menjawab,’ Wahai Rasulullah, ayahkulah yang harus berjalan kaki untuk menemui Anda dari pada Anda yang berjalan menemuinya!’
Kemudian Rasulullah Salallahu’alaihiwassallam mendudukannya di hadapan beliau sendiri, lalu beliau Salallahu’alaihiwassallam mengusap dadanya sambil berkata, ‘Masuk Islamlah engkau’. Ayah Abu Bakar pun masuk Islam.
Abu Bakar bersama ayahnya masuk ruangan Rasulullah Salallahu’alaihiwassallam, dan sepertinya rambut ayah Abu Bakar seperti rerumputan putih (karena beruban). Kemudian Rasulullah Salallahu’alaihiwassallam bersabda, ‘Rubahlah ubannya dengan ini!’ Abu Bakar lalu bangkit dari duduknya dan menggandeng tangan adik perempuannya seraya berkata, ‘Aku bersumpah demi Allah dan kejayaan Islam, tolong kembalikan kalung adik perempuanku.’ Namun tidak ada seorangpun yang memenuhi permintaannya. Melihat hal yang demikian ini, Rasulullah Salallahu’alaihiwassallam bersabda, ‘Wahai saudara perempuanku, mohonlah pahala atas kesabaranmu kehilangan kalung, Demi Allah, sesungguhnya amanah orang pada zaman ini sangatlah sedikit’.” 28 (Diriwayatkan oleh Ahmad, 6/349; Ibnu Hibban, 1700 Mawarid; al-Hakim, 3/46.
Pelajaran Yang Dapat Dipetik:
Mempersiapkan diri dan mengatur strategi sebelum terjun (memasuki) suatu urusan, sebagaimana yang dilakukan Nabi Salallahu’alaihiwassallam saat berdiri diatas bukit Dzi Thuwa untuk mengatur pasukan dalam penaklukan Makkah.
Mengambil pengalaman dan meminta bantuan kepada orang-orang yagn lebih tua dalam pengajaran terhadap generasi muda.
Anjuran orang yang lemah untuk meminta bantuan kepda orang yang sehat.
Mendengar (taat) dan mau diatur oleh pemimping, merupakan salah satu kunci sukses memeproleh kemenangan dalam peperangan.
Selalu saja dalam suatu generasi ada perbedaan pendapat, sementara sebagian lain ada yang terperosok ke dalam dosa.
Rasa hormat Rasulullah Salallahu’alaihiwassallam kepada orang yang lebih tua sekalipun ia masih kafir.
Termasuk kebaikan adalah senantiasa berbuat baik dan berdakwah kepada orang tua.
Termasuk diantara tanda keimanan seseorang adalah menghormati Rasulullah Salallahu’alaihiwassallam.
Menyemir uban merupakan kebaikan dan sunnah hukumnya. Berhias diri merupakan ajaran budi pekerti dalam Islam.
Orang mukmin setiap saat bisa saja berhadapan dengan cobaan.
Hendaknya seorang Muslim pada saat ditimpa musibah berharap pahala atas musibah itu dan selalu bersabar.
Amanah merupakan salah satu akhlak terpuji yang dapat menolak kenistaan.
sumber : Buku 61 Kisah Pengantar Tidur, Muhammad bin Hamid Abdul Wahab
No comment yet, add your voice below!