Skip to content

Risalah singkat tentang Islam berdasarkan Al-Qur`ān Al-Karīm dan As-Sunnah An-Nabawiyyah Bagian 1

Risalah penting ini berisi pengenalan singkat tentang Islam. Di dalamnya dijelaskan tentang hal-hal penting terkait pokok-pokok dasar agama Islam, ajaran-ajarannya, serta berbagai keistimewaannya, yang bersandar pada rujukan aslinya, yaitu: Al-Qur`ān Al-Karīm dan As-Sunnah An-Nabawiyyah. Risalah ini ditujukan kepada seluruh mukalaf, baik dari kalangan muslim atau non muslim sesuai bahasa mereka, di setiap waktu dan tempat dengan berbagai perbedaan latar belakang dan kondisi mereka.

(Naskah ini dilengkapi dengan dalil dari Al-Qur`ān Al-Karīm dan As-Sunnah An-Nabawiyyah)

Islam adalah risalah dari Allah untuk seluruh manusia. Islam adalah risalah Allah yang abadi, serta sebagai penutup seluruh risalah ilahi:

Islam adalah risalah dari Allah yang ditujukan kepada seluruh manusia. Allah -Ta’ālā- berfirman,”Dan Kami tidak mengutus kamu melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.”(QS. Saba: 28)Allah -Ta’ālā- berfirman,”Katakanlah, ‘Hai manusia! Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua.'”(QS. Al-A’rāf: 158)Allah -Ta’ālā- berfirman,”Wahai manusia! Sungguh, telah datang Rasul (Muhammad) kepadamu dengan (membawa) kebenaran dari Tuhanmu, maka berimanlah (kepadanya), itu lebih baik bagimu. Dan jika kamu kafir, (itu tidak merugikan Allah sedikit pun) karena sesungguhnya milik Allahlah apa yang di langit dan di bumi. Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana.”(QS. An-Nisā: 170)Islam adalah risalah Allah yang abadi, serta sebagai penutup seluruh risalah ilahi. Allah -Ta’ālā- berfirman,”Muhammad itu bukanlah bapak dari seseorang di antara kamu, tetapi dia adalah utusan Allah dan penutup para nabi. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”(QS. Al-Aḥzāb: 40)

Islam bukanlah agama yang hanya dikhususkan untuk ras atau suku tertentu, namun ia adalah agama Allah untuk seluruh manusia.

Islam bukanlah agama yang hanya dikhususkan untuk ras atau suku tertentu saja, namun ia adalah agama Allah untuk seluruh manusia. Perintah pertama yang ada dalam Al-Qur`ān yang agung adalah firman Allah -Ta’ālā-,

“Wahai manusia! Sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelum kamu, agar kamu bertakwa.”

(QS. Al-Baqarah: 21)

Allah -Ta’ālā- berfirman,

“Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri)-nya; dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.”

(QS. An-Nisā`: 1)

Ibnu Umar -raḍiyallāhu ‘anhumā- meriwayatkan bahwa Rasulullah -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam- berceramah di hadapan para sahabat pada hari pembebasan kota Mekah seraya bersabda,

“Wahai sekalian manusia! Sesungguhnya Allah telah menghilangkan kebanggaan jahiliah dan pengagungan terhadap nenek moyang dari diri kalian. Manusia terbagi dua; (1) manusia baik, bertakwa, dan mulia bagi Allah; (2) manusia keji, sengsara, dan hina bagi Allah. Manusia adalah anak cucu Adam, dan Allah menciptakan Adam dari tanah. Allah berfirman, ‘Hai manusia! Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al- Ḥujurāt: 13)

(HR. Tirmizi: 3270)

Dan tidak terdapat di dalam Al-Qur`ān yang agung ataupun perintah Rasulullah yang mulia -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam- sebuah syariat yang hanya dikhususkan untuk kaum dan kelompok tertentu saja. Hal itu terjadi demi menghargai persamaan, baik dalam hal ras, bangsa maupun suku.

Islam adalah risalah Allah yang hadir untuk menyempurnakan seluruh risalah (misi) para nabi dan rasul terdahulu -‘alaihim aṣ-ṣalāh was-sallām- yang disampaikan kepada kaum mereka.

Islam adalah risalah Allah yang hadir untuk menyempurnakan seluruh risalah (misi) para nabi dan rasul terdahulu -‘alaihim aṣ-ṣalāh was-sallām- yang disampaikan kepada kaum mereka. Allah -Ta’ālā- berfirman,

“Sesungguhnya Kami mewahyukan kepadamu (Muhammad) sebagaimana Kami telah mewahyukan kepada Nuh dan nabi-nabi setelahnya, dan Kami telah mewahyukan (pula) kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Ya’qūb, dan anak cucunya; Isa, Ayub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan Kami telah memberikan Kitab Zabur kepada Daud.”

(QS. An-Nisā`: 63)

Ajaran agama yang Allah wahyukan kepada Rasul Muhammad -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam- ini adalah ajaran agama yang juga Allah syariatkan dan wasiatkan untuk para nabi terdahulu. Allah -Ta’ālā- berfirman,

“Dia (Allah) telah mensyariatkan padamu tentang agama yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa, yaitu tegakkanlah agama (keimanan dan ketakwaan) dan janganlah kamu berpecah-belah di dalamnya. Sangat berat bagi orang-orang musyrik (untuk mengikuti) agama yang kamu serukan mereka. Allah memilih orang yang Dia kehendaki kepada agama tauhid dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya bagi orang yang kembali (kepada-Nya).”

(QS. Asy-Syūrā: 13)

Kitab yang Allah wahyukan kepada Rasul Muhammad -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam- ini adalah pembenaran bagi kitab-kitab suci terdahulu, semisal: Taurat dan Injil sebelum keduanya mengalami distorsi. Allah -Ta’ālā- berfirman,

“Dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) yaitu Kitab (Al-Qur`ān) itulah yang benar, yang membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya. Sungguh, Allah benar-benar Maha Mengetahui, Maha Melihat (keadaan) hamba-hamba-Nya.”

(QS. Fāṭir: 31)

Agama para nabi -‘alaihim as-salām- itu sama, hanya syariat mereka yang berbeda-beda.

Agama para nabi -‘alaihim as-salām- itu sama, hanya syariat mereka yang berbeda-beda. Allah -Ta’ālā- berfirman,”Dan Kami telah menurunkan Kitab (Al-Qurān) kepadamu (Muhammad) dengan membawa kebenaran, yang membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya, maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang di turunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk setiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah di berikan-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan.”(QS. Al-Māidah: 48)Nabi -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam- bersabda,”Aku orang yang paling dekat dengan Isa bin Maryam -‘alaihis-salām- di dunia dan akhirat, dan para nabi adalah bersaudara (dari keturunan) satu ayah dengan ibu yang berbeda, sedangkan agama mereka satu.”(HR. Bukhari: 3443)

Islam selalu mengajak -sebagaimana ajakan dakwah para nabi: Nuh, Ibrahim, Musa, Sulaiman, Daud, dan Isa -‘alaihimus-salām- untuk mengimani bahwa Rabb (yang berhak disembah) adalah Allah Yang Maha Pencipta, Maha Pemberi rezeki, Maha Menghidupkan, Maha Mematikan dan Maha Pemilik Kekuasaan, dan bahwa Dialah yang mengatur seluruh alam semesta, serta Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.

Islam selalu mengajak -sebagaimana ajakan dakwah para nabi: Nuh, Ibrahim, Musa, Sulaiman, Daud, dan Isa -‘alaihimus-salām- untuk mengimani bahwa Rabb (yang berhak disembah) adalah Allah Yang Maha Pencipta, Maha Pemberi rezeki, Maha Menghidupkan, Maha Mematikan dan Maha Pemilik Kekuasaan, dan bahwa Dialah yang mengatur seluruh alam semesta, serta Maha Penyantun lagi Maha Penyayang. Allah -Ta’ālā- berfirman,”Wahai manusia! Ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezeki kepadamu dari langit dan bumi? Tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Dia; maka mengapa kamu berpaling (dari ketauhidan)?”(QS. Fāṭir: 3)Allah -Ta’ālā- berfirman,”Katakanlah (Muhammad), ‘Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati, dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup, dan siapakah yang mengatur segala urusan?’ Maka mereka akan menjawab, ‘Allah.’ Maka katakanlah, ‘Mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya)?'”(QS. Yūnus: 31)Allah -Ta’ālā- berfirman,”Bukankah Dia (Allah) yang menciptakan (makhluk) dari permulaannya, kemudian mengulanginya (lagi) dan yang memberikan rezeki kepadamu dari langit dan bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Katakanlah, ‘Kemukakanlah bukti kebenaranmu, jika kamu orang yang benar.'”(QS. An-Naml: 64)Seluruh nabi dan rasul -‘alaihimus-salām- diutus untuk mendakwahkan peribadatan kepada Allah semata. Allah -Ta’ālā- berfirman,”Dan sungguh, Kami telah mengutus seorang rasul untuk setiap umat (untuk menyerukan), ‘Sembahlah Allah, dan jauhilah tagut,’ kemudian di antara mereka ada yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula yang tetap dalam kesesatan. Maka berjalanlah kamu di bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang yang mendustakan (rasul-rasul).”(QS. An-Naḥl: 36)Allah -Ta’ālā- berfirman,”Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum engkau (Muhammad), melainkan Kami wahyukan kepadanya, ‘Bahwa tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Aku, maka sembahlah Aku!'”(QS. Al-Anbiyā: 25)Allah -Ta’ālā- juga mengisahkan tentang nabi Nuh -‘alaihis-salām- ketika beliau berkata (kepada kaumnya),”Wahai kaumku! Sembahlah Allah! Tidak ada tuhan (sembahan) bagimu selain Dia. Sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa azab pada hari yang dahsyat (Kiamat).”(QS. Al-A’rāf: 59)Al-Khalīl Nabi Ibrahim -‘alaihis-salām- pernah berkata sebagaimana yang dikisahkan oleh Allah dalam firman-Nya:”Dan (ingatlah) Ibrahim, ketika dia berkata kepada kaumnya, ‘Sembahlah Allah dan bertakwalah kepada-Nya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.'”(QS. Al-‘Ankabūt: 16)Nabi Ṣāliḥ -‘alaihis-salām- juga pernah berkata (kepada kaumnya) sebagaimana yang Allah kisahkan dalam salah satu firman-Nya:”Dia berkata, ‘Wahai kaumku! Sembahlah Allah! Tidak ada tuhan (sembahan) bagimu selain Dia. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Ini (seekor) unta betina dari Allah sebagai tanda (kebenaranku) untukmu. Biarkanlah ia makan di bumi Allah, janganlah disakiti, nanti akibatnya kamu akan mendapatkan siksaan yang pedih.'”(QS. Al-A’rāf: 73)Nabi Syu’aib -‘alaihis-salām- juga pernah berkata (kepada kaumnya) sebagaimana yang Allah kisahkan dalam firman-Nya:”Dia berkata, ‘Wahai kaumku! Sembahlah Allah. Tidak ada tuhan (sembahan) bagimu selain Dia. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Sempurnakanlah takaran dan timbangan, dan jangan kamu merugikan orang sedikit pun. Janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Itulah yang lebih baik bagimu jika kamu orang beriman.'”(QS. Al-A’rāf: 85).Dan firman Allah yang pertama kali disampaikan kepada Nabi Musa -‘alaihis-salām- ialah:”Dan Aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan (kepadamu).Sungguh, Aku ini Allah, tidak ada tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan laksanakanlah salat untuk mengingat Aku.”(QS. Ṭāhā: 13-14)Allah -Ta’ālā- juga telah mengabarkan tentang Nabi Musa -‘alaihis-salām- tatkala memohon perlindungan kepada Allah, ia berkata,”Sesungguhnya aku berlindung kepada Tuhanku dan Tuhanmu dari setiap orang yang menyombongkan diri yang tidak beriman kepada hari perhitungan.”(QS.Gāfir: 27)Allah -Ta’ālā- mengisahkan ucapan Almasih Isa -‘alaihis-salām- dalam firman-Nya:”Sesungguhnya Allah itu Tuhanku dan Tuhanmu, karena itu sembahlah Dia. Inilah jalan yang lurus.”(QS. Āli ‘Imrān: 51)Juga mengisahkan ucapannya dalam firman-Nya:”Wahai Bani Israil! Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu. Sesungguhnya barangsiapa mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka sungguh, Allah mengharamkan surga baginya, dan tempatnya ialah neraka. Dan tidak ada seorang penolong pun bagi orang-orang zalim itu.”(QS. Al-Māidah: 72)Bahkan dalam Kitab Taurat dan Injil terdapat penegasan untuk beribadah kepada Allah semata. Hal itu tercantum di Kitab Ulangan berkaitan dengan ucapan Nabi Musa -‘alaihis-salām- (kepada kaumnya),”Dengarkanlah wahai Bani Israil! Tuhan kita itu Tuhan Yang Esa.”Penegasan tentang ajaran tauhid ini juga terdapat dalam Injil Markus, bahwa Almasih Isa -‘alaihis-salām- berkata,”Sesungguhnya wasiat pertama adalah: dengarkanlah Wahai Bani Israil! Tuhan kita adalah Tuhan Yang Esa.”Allah -‘Azza wa Jalla- telah menjelaskan bahwa seluruh nabi memang diutus dengan membawa misi yang mulia ini, yaitu dakwah kepada tauhid. Allah -Ta’ālā- berfirman,”Dan sungguh, Kami telah mengutus seorang rasul untuk setiap umat (untuk menyerukan), ‘Sembahlah Allah, dan jauhilah tagut.’ Kemudian di antara mereka ada yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula yang tetap dalam kesesatan.”(QS. An-Naḥl : 36)Allah -Ta’ālā- juga berfirman,”Katakanlah (Muhammad), ‘Terangkanlah (kepadaku) tentang apa yang kamu sembah selain Allah; perlihatkan kepadaku apa yang telah mereka ciptakan dari bumi, atau adakah peran serta mereka dalam (penciptaan) langit? Bawalah kepadaku kitab sebelum (Al-Qur`ān) ini atau peninggalan dari pengetahuan (orang-orang dahulu), jika kamu orang yang benar.'”(QS. Al-Aḥqāf: 4)Syekh As-Sa’diy -raḥimahullāh- berkata,”Perdebatan orang-orang musyrik untuk menguatkan kemusyrikan mereka sama sekali tidak bersandar kepada dalil maupun bukti, bahkan hanya bersandar kepada sangkaan-sangkaan yang dusta, logika-logika yang tidak laku dan tidak dipandang, serta akal yang rusak. Rusaknya opini mereka dapat diketahui jika menelusuri keadaan mereka, pengetahuan, dan amal mereka, serta melihat keadaan orang yang menghabiskan umurnya untuk menyembah patung dan berhala itu; apakah memberi manfaat bagi mereka meskipun sedikit di dunia dan akhirat?”(Taisīr Al-Karīm Al-Mannān: 779)

sumber : islamhouse.com

No comment yet, add your voice below!


Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Donasikan Harta Anda Untuk Membantu Mereka Yang Membutuhkan dan Jadilah Golongan Orang Yang Suka Beramal Soleh