Tauhid Uluhiah
Pendahuluan
Segala puji bagi Allah Ta’alla, Kita memuji, meminta pertolongan dan ampunan kepada -Nya. Juga meminta perlindung dari keburukan jiwa kita dan keburukan amal kita. Siapa yang Allah Ta’alla beri petunjuk, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya. Dan siapa yang disesatkan -Nya, maka tidak ada yang dapat memberi petunjuk pada nya.
Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak diibadahi selain Allah Shubhanahu wa ta’alla semata, yang tidak memiliki sekutu. Dan aku bersaksi bahwa Muhamad Shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah hamba dan utusan-Nya. Semoga shalawat dan salam tercurah kepada beliau dan keluarganya sebanyak-banyaknya.
Bukan suatu yang tersembunyi bagi mereka yang memiliki sedikit saja perhatian mengenai ilmu aqidah akan pentingnya tauhid uluhiah. Ia adalah tauhid ibadah. Dan ibadah merupakan puncak keridaan dan kecintaan Allah –azza wajalla-. Ia adalah puncak teragung dan tujuan tertinggi. Karenanyalah diciptakan surga dan neraka, ditegakkan jihad antara orang-orang beriman dan kafir, diturunkan kitab-kitab suci dan para rasul.
Secara bahasa Tauhid uluhiah adalah dakwah (ajakan) para nabi dan rasul, juga yang mengikuti jejak mereka dari para ulama, dai dan orang-orang saleh. Dalam pembahasan kali ini Tauhid uluhiah akan mencakup pembahasan berikut:
- Pengertian tauhid uluhiah.
- Nama-nama lain tauhid uluhiah.
- Pentingnya tauhid uluhiah.
- Dalil-dalil dan rukun-rukunnya.
- Pengertian ibadah secara etimologi (bahasa) dan terminologi (istilah).
- Beda antara ibadah dan tauhid ibadah.
- Kapan suatu ibadah diterima?
- Pentingnya ikhlas dan mutaba’ah (mengikuti tuntunan).
- Rukun ibadah.
- Mana yang lebih dominan, harap atau takut?
- Takut wajib dan takut mustahab (disukai).
- Macam-macam ibadah.
- Penghambaan makhluk kepada Allah –azza wajalla-.
- Keutamaan-keutamaan tauhid uluhiah.
- Penyebab tumbuhnya tauhid di dalam hati.
- Strategi dakwah kepada tauhid uluhiah di dalam al-Quran al-Karim.
- Hubungan antara tauhid uluhiah dan tauhid rububiah di dalam al-Quran al-Karim.
- Apa lawan dari tauhid uluhiah?
- Kelompok yang menyekutukan tauhid uluhiah.
- Mengesakan Allah Shubhanahu wa ta’alla dalam perbuatan-perbuatan hamba.
- Mengesakan Allah Shubhanahu wa ta’alla dalam beribadah.
- Mengesakan Allah -ta’ala- dalam segala macam ibadah: lahir, batin, ucapan dan amalan, serta meniadakan segala peribadatan kepada selain Allah -ta’ala-, apapun wujudnya.
- Syaikh Abdurrahman As-Sa’di -rahimahullah- memberi pengertian lengkap, menyebutkan batasan pengertian ini, tafsir dan rukunnya dengan mengatakan: “Adapun batasan, tafsir dan rukunnya, yaitu mengetahui dan mengakui dengan keilmuan dan yakin bahwa Allah Shubhanahu wa ta’allaadalah Tuhan Esa yang diibadahi secara hakiki dan bahwa sifat uluhiah (ketuhanan) dan maknanya tidak terdapat pada seorang pun dari makhluk dan tidak pantas disandang kecuali oleh Allah -ta’ala-. Jika mengetahui dan mengakui hal itu dengan sebenarnya, akan mengesakan -Nya dalam segala ibadahnya, yang lahir dan batin serta menegakkan syariat Islam lahiriah, seperti: shalat, zakat, puasa, haji, jihad, amar makruf nahi munkar, berbakti padaorang tua, menyambung tali kekeluargaan serta menunaikan hak-hak Allah Shubhanahu wa ta’alla dan makhluk.Juga menegakkan pokok-pokok iman: beriman kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhirat serta menyandarkan takdir baik dan buruk hanya pada AllahShubhanahu wa ta’alla.Tidak memaksudkan dari semua ibadahnya selain rida Tuhan dan mengharap pahala, sambil meneladani Rasulullah -Salallahu ‘alaihi wasallam-.Aqidahnya sesuai dengan yang ditunjukkan oleh al-Quran dan Hadis. Amal perbuatannya sebagaimana syariat Allah dan Rasul-Nya. Akhlak dan adabnya meneladani Nabi Muhammad -Salallahu ‘alaihi wasallam- dalam arahan, petunjuk dan segala keadaannya.” [1]
- Tauhid uluhiah, sebagaimana yang telah disampaikan. Dinamai demikian dari perspektif penyandarannya kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla atau perspektif pelaku tauhid. Karena ia dibangun di atas ikhlas dalam menuhankan dan kecintaan yang sangat kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla semata. Dan itu berkonsekuensi ikhlas dalam beribadah.
- Tauhid Ibadah. Dari perspektif penyandarannya kepada pelaku tauhid yaitu hamba dan yang dikandungnya dari mengiklaskan ibadah kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla semata.
- Tauhid Irodah (tauhid kehendak), karena ikhlas yang dikandungnya. Dinamakan juga dengan Tauhid Iradah wal Murad (tauhid kehendak dan tujuan) yang didasari atas menginginkan ridlo Allah Shubhanahu wa ta’alla dalam seluruh amal.
- Tauhidul Qosd (tauhid maksud). Karena didasari dengan mengikhlaskan maksud yang berkonsekuensi ikhlas untuk Allah semata.
- At-Tauhid at-Talabi (tauhid permintaan), karena kandungan permintaan dan doa hamba kepada -Nya.
- At-Tauhid al-Fi’li (tauhid perbuatan) karena kandungan perbuatan hati dan anggota tubuh.
- Tauhid Amal, karena dibangun di atas mengikhlaskan amal kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla semata.
- Tauhidul Ikhlas (tauhid keiklasan). Dinamakan juga tauhidul murad (mengesakan Allah Shubhanahu wa ta’alla dalam kehendak). Tidak semestinya seorang hamba menghendaki selain satu kehandak saja, yaitu Allah Shubhanahu wa ta’alla, tidak tercampuri dengan kehendak lainnya.
- Tauhidus Shidq (mengesakan ketulusan). Dinamakan juga tauhid irodatul ‘abdi (mengesakan Allah dalam kehendak hamba). Yang demikian itu dengan mencurahkan upaya dan energinya dalam mengibadahi Tuhan-nya.
- Tauhidut Thariq (mengesakan cara), yaitu mengikuti Rasulullah -Shalallahu ‘alaihi wasallam-.
- Syaikhul Islam Ibnu Taimiah -rahimahullah- mendefinisikan: segala nama yang meliputi apa saja yang dicintai dan diridai AllahShubhanahu wa ta’alla, dari ucapan, amal batin dan lahiriah.
- Ibnul Qoyyim mendefinisikan: ibadah adalah kesempurnaan cinta bersama kesempurnaan kepatuhan. Dia menyebutkan dalam an-Nuniah:
- As-Syaikh Ibnu Sa’di -rahimahullah- mendefinisikan dengan banyak definisi, di antaranya:
- Pekerjaannya (aktivitas), yang merupakan aksi ibadah.
- Objek aksi, yaitu ibadah yang dilakukan atau qurbah (yang dijadikan sarana pendekat).
- Adapun definisi keempat yang merupakan definisi Syaikh Ibnu Sa’di, mencakup kedua pengungkapan tersebut, baik aktivitas maupun objeknya.Yang juga menjadi definisi ibadah: ia adalah amal-amal saleh sukarela yang dilakukan untuk Allah -ta’ala- serta mengesakan -Nya dengan hal itu.[19] Definisi ini pun mencakup dua ungkapan di atas.
- Ikhlas untuk AllahShubhanahu wa ta’alla.
- Mengikuti tuntunan Rasulullah -Salallahu ‘alaihi wasallam.
- Allah Shubhanahu wa ta’alla memerintahkan untuk mengikhlaskan ibadah hanya kepada -Nya. Sebagaimana Firman -Nya,
- Allah Shubhanahu wa ta’alla mengkhususkan diri -Nya dalam pensyariatan dan itu adalah hak -Nya semata. Siapa yang beribadah kepada –Nya dengan sesuatu yang tidak disyariatkanya, maka telah menyekutukan Allah Shubhanahu wa ta’alla dalam pensyariatan. Allah Ta’ala berfirman,
- Allah telah menyempurnakan agama untuk kita dan meridainya untuk kita. Sebagaimana Firman -Nya,
- Seandainya manusia dibolehkan beribadah dengan tata cara yang mereka kehendaki, maka setiap orang akan memiliki caranya sendiri-sendiri dalam beribadah, dan kehidupan manusia menjadi neraka tak tertahankan. Persaingan berlaku dan saling menjatuhkan karena adanya perbedaan rasa, yang mengakibatkan perselisihan dan perpecahan. Ittiba (mengikuti tuntunan) dan meninggalkan bid’ah merupakan sebab terbesar kekompakan dan persatuan.
- Seandainya manusia dibolehkan mengibadahi Allah Shubhanahu wa ta’alla dengan tata cara semaunya, itu berarti manusia tidak membutuhkan Rasul. Ini tidak dikatakan oleh orang berakal.[25]
- Cinta
- Takut
- Harap
- Ada yang mengatakan: seseorang mestilah lebih menekankan sisi takut, agar hal itu membawanya melakukan ketaatan dan meninggalkan maksiat.
- Ada yang mengatakan: lebih menekankan sisi harap, agar memiliki motivasi, dan Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam menyukai optimisme.
- Ada yang mengatakan: dalam mengerjakan ketaatan lebih menekankan harap, agar memotivasinya untuk beramal. Siapa yang dikaruniai ketaatan, akan dikaruniai kobul (diterimanya amal). Karenanya, sebagian salaf berkata: “Jika engkau diberi taufik untuk berdoa, maka tunggulah ijabatnya, karena -Dia berfirman:
- Ada yang mengatakan: lebih menekankan sisi takut saat sehat dan harap saat sakit.
- Ada yang mengatakan: keduanya seperti sayap burung. Seorang mukmin menuju Tuhan-nya dengan dua sayap: harap dan takut. Jika seimbang, akan stabil terbangnya. Jika kurang salah satunya, kurang juga dayanya. Jika tidak ada keduanya saat terbang, maka sedang berada di ujung kebinasaannya.
- Ada yang mengatakan: berbeda antara orang ke orang dan kondisi ke kondisi. Wallahu a’lam. Takut wajib dan takut mustahab (disukai) Takut wajib adalah takut yang mendorong melakukan perbuatan wajib dan meninggalkan yang diharamkan. Takut mustahab (disukai) adalah takut yang mendorong melakukan perbuatan mustahabat dan meninggalkan makruhat (perkara makruh= dibenci).
- Ubudiah Amah (penghambaan umum): mencakup seluruh makhluk: yang baik, buruk, mukminnya dan kafirnya.
- Khas (penghambaan khusus): ubudiah uluhiah (penghambaan ilahiah). Ia merupakan penghambaan hamba-hamba Allah Shubhanahu wa ta’alla yang saleh, dan mereka adalah setiap yang beribadah kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla dengan syariat -Nya dan ikhlas dalam mengibadahi -Nya.
- Khasul khas (khusus dari yang khusus): ia juga ubudiah uluhiah, ada pada para nabi dan rasul yang tidak tertandingi oleh seorang pun dalam ibadah mereka kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla. Sebagaimana
- Ia merupakan nikmat teragung yang dianugrahkan kepada hamba -Nya. Yang menunjuki mereka kepadanya, sebagaimana yang terdapat dalam surat an-Nahl yang dinamai dengan surat an-Ni’am. Allah Azza wajalla mendahulukan nikmat tauhid dari nikmat lain. Allah Shubahanu wa ta’alla menyebut di awal surat an-Nahl:
- Ia merupakan tujuan penciptaan jin dan manusia. Firman Allah Shubhanahu wa ta’alla:
- Ia merupakan tujuan diturunkannya kitab suci, yang salah satunya al-Quran. Firman Allah -ta’ala-:
- Alif laam raa, (inilah) suatu kitab yang ayat-ayat -Nya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi (Allah) yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu,
- agar kamu tidak menyembah selain Allah. Sesungguhnya aku (Muhammad) adalah pemberi peringatan dan pembawa khabar gembira kepadamu daripada -Nya.” (QS.Hud:1,2)
- Ia merupakan sebab terbesar untuk lepas dari penderitaan dunia dan akhirat serta mencegah sanksi dunia dan akhirat, sebagaimana kisah Nabi Yunus alaihi salam.
- Ia mencegah dari kekekalan di neraka, jika di hatinya ia masih ada, meski sebesar biji zarah.
- Jika ia sempurna di dalam hati, mencegah dari masuk neraka sama sekali, sebagaimana yang terdapat dalam hadits Utban, dalam Sahihain, Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
- Memperoleh petunjuk sempurna, dan keamanan yang utuh bagi pelakunya di dunia dan akhirat. Firman Allah:
- Ia merupakan sebab mendapatkan rida Allah Shubhanahu wa ta’alla dan pahala -Nya.
- Bahwa orang yang paling berbahagia dengan syafaat Muhamad Salallahu ‘alaihi wasallam adalah yang mengucapkan ‘La ilaha illallah’ ikhlas dari hatinya.
- Bahwa segala amal dan ucapan, baik lahir maupun batin tertangguh penerimaan, kelengkapan dan pahala yang diperoleh pada tauhid. Manakala kuat tauhid dan keikhlasan kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla, sempurna dan lengkaplah hal itu.
- Ia memudahkan hamba melakukan perbuatan baik, meninggalkan kemungkaran dan meloloskannya dari musibah. Orang yang ikhlas kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla pada iman dan tauhidnya, ringan baginya melakukan ketaatan, karena yang diharapnya pahala dan keridaan. Menjadi mudah baginya meninggalkan keinginan nafsu dari kemaksiatan, karena takut dari kemurkaan dan pedihnya siksa Allah Shubhanahu wa ta’alla.
- Jika tauhid sempurna dalam hati, Allah Shubhanahu wa ta’alla jadikan dia cinta kepada keimanan, dijadikan indah di hatinya, dan dijadikan benci kepada kekufuran, kefasikan serta kemaksiatan, dan dia digolongkan sebagai orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus.
- Ia menjadikan hamba ringan menjalani penderitaan dan meremehkan kepedihan, sesuai dengan kesempurnaan tauhid dan iman hamba itu. Menghadapi penderitaan dan kesakitan dengan hati yang lapang, jiwa yang tenang; menerima dan rida dengan takdir -Nya yang menyakitkan.
- Ia membebaskan seseorang dari penghambaan kepada makhluk; ketergantungan kepadanya, takut, mengharap dan beramal karenanya.
- Di antara keutamaannya yang tidak dapat diperoleh oleh apa pun yang lain, bahwa jika tauhid lengkap dan sempurna dalam hati, serta terealisasi sempurna dengan ikhlas yang utuh, ia merubah amal yang sedikit menjadi banyak dan dilipat gandakan pahala pemilikinya tanpa batas.
- Allah Shubhanahu wa ta’alla menjamin pemilikinya dengan memeperoleh pertolongan, kehormatan, kemuliaan, petunjuk, jalan kemudahan, diperbaiki keadannya dan tepat dalam ucapan dan perbuatan.
- Allah Shubhanahu wa ta’alla mencegah dari pelaku-pelaku tauhid keburukan dunia dan akhirat, mengaruniai mereka kehidupan yang baik, ketenangan baginya dan dengan mengingat -Nya.
- Melakukan ketaatan; mengharap apa yang ada di sisi Allah Shubhanahu wa ta’alla.
- Meninggalkan maksiat; takut dari sanksi -Nya.
- Merenungi apa-apa yang ada dalam kerajaan langit dan bumi.
- Mengetahui nama-nama dan sifat-sifat -Nya, esensi dan pengaruhnya serta apa-apa yang menunjukkan akan kemulian dan kesempurnaan -Nya.
- Menambah ilmu yang bermanfaat serta mengamalkannya.
- Membaca al-Quran sambil mentadaburi (merenungi) dan berusaha memahami makna-makna dan maksudnya.
- Takarub kepada Allah Ta’ala dengan amal nafilah setelah mengerjakan amalan fardu.
- Senantiasa berzikir kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla dalam segala keadaan, dengan lisan dan hati.
- Mendahulukan apa yang dicintai -Nya saat terdapat beberapa kecintaan.
- Merenungi nikmat Allah Shubhanahu wa ta’alla yang lahir dan batin serta mempersaksikan kebaikan, kasih dan anugrah -Nya kepada hamba-hamba -Nya.
- Meluluhkan hati dihadapan Allah Shubhanahu wa ta’alla dan kefakiran kepada -Nya.
- Berkhalwat dengan Allah Shubhanahu wa ta’alla saat ‘turunnya’ Allah Shubhanahu wa ta’alla di pertiga malam terakhir. Membaca al-Quran pada waktu itu dan mengakhirinya dengan istigfar dan tobat.
- Bergaul dengan ahli kebaikan, kesalehan, ikhlas dan pecinta Allah Azza wajalla. Mengambil faedah dari ucapan dan amal mereka.
- Menjauhkan segala penyebab kesibukkan yang dapat memisahkan antara hati dengan Allah Shubhanahu wa ta’alla.
- Menghindari over bicara, makan, bergaul dan melihat.
- Mencintai saudaranya mukmin seperti mencintai dirinya sendiri dan bermujahadat atas hal itu.
- Bersih hati dari kedengkian kepada mukmin dan bersih dari iri, hasad, sombong, ego dan takabur.
- Rida dengan pengaturan Allah Azza wajalla.
- Bersukur kala mendapat nikmat dan bersabar kala mendapat musibah.
- Kembali (bertobat) kepada -Nya bila melakukan dosa.
- Memperbanyak amal saleh seperti berbakti, berakhlak baik, menyambung tali silaturahmi dan lain sebagainya.
- Menauladani Nabi Muhammad Salallahu ‘alaihi wasallam dalam perkara kecil dan besar.
- Berjihad fisabilillah.
- Baik dalam menjamu.
- Amar makruf dan nahi munkar.
- Allah Shubhanahu wata’ala memerintahkan untuk mengibadahi -Nya. Firman Allah Ta’ala:
- Larangan mengibadahi selain Allah. Firman -Nya:
- Pengkhabaran Allah Shubhanahu wa ta’alla bahwa Dia menciptakan makhluk untuk mengibadahi -Nya. Sebagaimana firman -Nya.
- Pengkhabaran Allah Shubhanahu wa ta’alla bahwa -Dia mengutus rasul untuk mengajak agar mengibadahi -Nya dan melarang mengibadahi selian -Nya. Sebagaimana firman -Nya:
- Menggunakan tauhid rububiah sebagai argumen tauhid uluhiah. Jika Allah Ta’ala adalah pencipta lagi pemberi rezeki, yang telah memberi nikmat kepadamu dengan nikmat lahir dan batin tanpa kesertaan sekutu yang lain, maka wajib bagimu untuk tidak menuhankan dan mengibadahi selain -Nya. Haruslah engkau mengkhususkan -Nya dengan tauhid, sebagaimana firman -Nya:
- Mengargumeni kewajiban mengibadahi -Nya dikarenakan -Dia adalah Maha pendatang manfaat dan mudarat, Pemberi dan Pencegah. Siapa yang berkarakter seperti itu, dialah sesembahan yang hak yang tidak ada sesembahan selain -Nya.
- Mengargumeni kewajiban mengibadahi -Nya dengan keunikan sifat -Nya yang sempurna dan ketiadaan hal itu pada sesembahan sekutu, sebagaimana firman Allah Ta’ala:
- Argumentasi atas kewajiban mengibadahi -Nya dengan detail penciptaan -Nya. Manakala orang yang berakal menadaburi fikirnya dan merenunginya, dia akan tahu bahwa Allahlah yang berhak diibadahi.
- Argumentasi atas kewajiban mengibadahi -Nya dengan keragaman nikmat -Nya. Jika sadar bahwa apapun nikmat yang ada pada hamba berasal dari Allah semata, dan bahwa tidak ada seorang pun dari makhluk yang dapat memberi manfaat kepada yang lain tanpa seizin Allah Shubhanahu wata’ala dan bahwa -Dia adalah Maha pemberi manfaat dan mudarat; menjadi tahu bahwa Allahlah yang berhak diibadahi semata tanpa sekutu.
- Pendiskreditkan Allah Shubhanahu wata’ala terhadap tuhan orang-orang musyrik, seperti dalam firman -Nya:
- Celaan terhadap orang-orang musyrik yang menyembah selain Allah Shubhanahu wa ta’alla, sebagaimana firman -Nya :
- Menjelaskan akibat orang-orang musyrik yang beribadah kepada selain Allah Shubhanahu wa ta’alla dan pengakhiran mereka dengan apa yang diibadahi, dimana yang diibadahi berlepas diri di saat yang paling pelik, sebagaimana firman Allah ta’ala,
- Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).
- (yaitu) ketika orang-orang yang diikuti itu berlepas diri dari orang-orang yang mengikutinya, dan mereka melihat siksa; dan (ketika) segala hubungan antara mereka terputus sama sekali.
- dan berkatalah orang-orang yang mengikuti: “Seandainya kami dapat kembali (ke dunia), pasti kami akan berlepas diri dari mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari kami.” Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka; dan sekali-kali mereka tidak akan keluar dari api neraka.” (QS.al-Baqarah:165-167)
- Menjelaskan tempat kembali muwahidin (pelaku tauhid) serta akibatnya di dunia dan akhirat, sebagaimana yang dinyatakan mengenai imam mereka, Nabi Ibarahim alaihi salam:
- Sanggahan Allah Shubhahanu wa ta’alla terhadap orang-orang musyrik yang mengambil perantara-perantara antara mereka dengan Allah Shubhahanu wa ta’alla, bahwa syafaat adalah miliki -Nya, tidak diminta dari selain -Nya. Dia tidak memberi syafaat kecuali dengan seizin -Nya dan setelah keridaan -Nya kepada yang akan disyafaati. Sebagaimana Firman -Nya:
- Bahkan mereka mengambil pemberi syafa’at kepada selain Allah. Katakanlah: “Dan apakah (kamu mengambilnya juga) meskipun mereka tidak memiliki sesuatu pun dan tidak berakal?”
- Katakanlah: “Hanya kepunyaan Allah syafaat itu semuanya. Kepunyaan -Nya kerajaan langit dan bumi….” (QS.az-Zumar:43,44)
- Menjelaskan bahwa apa-apa yang diibadahi selain Allah tidak dapat memberi manfaat bagi yang mengibadahinya dari segala sisi, sebagaimana firman Allah -ta’ala-
- Katakanlah: “Serulah mereka yang kamu anggap (sebagai tuhan) selain Allah, mereka tidak memiliki (kekuasaan) seberat zarrah pun di langit dan di bumi, dan mereka tidak mempunyai suatu saham pun dalam (penciptaan) langit dan bumi dan sekali-kali tidak ada di antara mereka yang menjadi pembantu bagi -Nya.
- Dan Tiadalah berguna syafa’at di sisi Allah melainkan bagi orang yang telah diizinkan -Nya memperoleh syafa’at itu….” (QS.as-Saba’:22,23)
- Menyebutkan bukti dan contoh yang menunjukkan kebatilan syirik dan akibat buruknya, yang menjadikan jiwa yang bersih menjauh darinya. Sebagaimana Firman Allah -ta’ala-:
- Rububiah merupakan amalan hati, tidak lebih dari itu, karena itu dinamakan pula dengan tauhid al-makrifah wal itsbat (tauhid pengetahuan dan penetapan) atau tauhidul ilmi (tauhid ilmu).
- Tauhid rububiah semata tidaklah cukup. Yang demikian itu karena tauhid rububiah konsentrasinya ada pada cara pandang. Seandainya itu cukup, tentunya manusia tidak butuh diutus rasul dan diturunkan kitab suci. Tidaklah cukup hanya menetapkan sifat-sifat yang layak bagi tuhan dan bahwa hanya ia semata tuhan pencipta.
- Tauhid uluhiah adalah tauhid yang dibawa para rasul. Tauhid inilah yang menimbulkan perselisihan antara para rasul alaihim salam dan umatnya. Sebagaimana perkataan kaum Nabi Hud alahis salam ketika mengatakan kepada mereka: “…ia berkata: “Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain -Nya’….” (QS.al-A’raf:59)
- Keduanya jika disebutkan bersamaan, memiliki makna tersendiri, dan jika terpisah mengandung makna lain. Maknanya: jika keduanya disebutkan bersamaan, maka setiap kata sesuai dengan maksudnya, sebagaimana firman Allah ta’ala :
- Katakanlah: “Aku berlidung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia. 2. Raja manusia. 3. Sembahan manusia.” (QS.an-Nas:1-3)
- Agar tauhid benar dan selamat dunia dan akhirat, hendaklah merealisasikan kedua hal tersebut.
- Syirik: menghapus tauhid sama sekali.
- Bid’ah: menghapus kesempurnaannya yang wajib.
- Maksiat: menciderai dan mengurangi pahalanya.
- Yahudi: mereka menyembah patung anak sapi (dari logam mulia), dan hingga kini masih menyembah dinar dan dirham. Harta adalah sesembahan mereka.
- Nasharo (Kristen): dengan klaim mereka akan ketuhanan Isa almasih alaihi salam dan peribadatan mereka kepadanya.
- Rafidhah (syia’ah): dengan doa mereka meminta kepada Ali dan Abbas radiallahu ‘anhuma serta ahlul bait lain selain keduanya.
- Nusyairiah (sempalan syi’ah): dengan ibadah mereka terhadap Ali dan mengklaim bahwa ia adalah tuhan.[41]
- Ad-Druz: dengan pernyataan mereka akan ketuhanan penguasa dengan perintah tuhan al-Ubaidy.[42]
- Sufi Ekstrim dan penyembah kubur: akibat pengkultusan mereka terhadap para wali, memalingkan nazar dan kurban (yang seharusnya untuk Allah Shubhanahu wa ta’alla menjadi) untuk penghuni kubur, tawaf mereka mengelilingi kubur dan pendekatan-pendekatan lain yang ditujukan kepada penghuni kubur.
No comment yet, add your voice below!